Radikalisme dan Toleransi dalam Beragama yuk belajar Toleransi dalam beragama!!

image from Google


           
Radikalisme dalam beragama dewasa ini menjadi suatu momok yang mengancam bagi kesatuan negara republik Indonesia. Bagaimana tidak, bermula dari aksi yang tidak bisa disangka seperti halnya Bom bunuh diri, yang meluluhlantahkan khalayak luas sudah tentu menjadi salah satu dari adanya radikalisme dalam beragama, seakan stigma buruk tentang islam terus menempel bak sebuah perangko pada surat. Stigma ini akan terus terserap dalam ingatan masyarakat luas. Sikap semacam ini sudah tentu akan merusak sistem kepercayaan masyarakat pada toleransi yang diajarkan para founding father negeri ini. Negeri yang di bangun bukan oleh satu agama seakan hancur lebur oleh adanya egoisme dalam beragama dari sebagian kaum yang mengaku “suci” di hadapan tuhan. Asumsi ini yang hendak di hapuskan dalam sikap bernegera, sebagaimana ajaran islam yang mayoritas menjadi kepercayaan atau bisa dikatakan sebagai Public religion di negeri ini, sudah seharusnya menghargai perbedaan dan kata toleransi yang seharusnya menjadi pemersatu bukan sebagai pemecah kesatuan.
            Aksi terosisme dan radikalisme dalam beragama seakan menjadi serangkaian kisah di negeri ini, sering kali aksi terorisme dengan embel-embel mengatasnamakan agama menjadi cap atau stigma buruk dalam masyarakat. Hal ini lah yang menjadi permasalahan. Dalam ajaran islam sendiri Rasulullah SAW, tidak pernah memerintahkan umatnya untuk berbuat kekerasan, hanya perberdaan atau salah tafsir dalam memahaminya saja, menjadikan adanya kasus terorisme terus ada dalam kehidupan bernegara di masa sekarang. Sangat sulit untuk mencerna bahwa rentetan kejadian yang dilakukan oleh aksi Bom di Indonesia. Salah satu yang menjadi perhatian masyarakat luas adalah kasus pengeboman yang melibatkan anak serta istri di Surabaya pada awal tahun 2018, memicu adanya perselisihan antar agama. Muncul kembali stigma buruk mengenai agama Islam, setelah sekian lama sejak kejadian Bom Bali oleh Amrozi cs. Radikalisme ini sudah semstinya lenyap dalam kehidupan di masa sekarang. Cara untuk menhentikannya adalah dengan memahami sikap toleransi dalam beragama dan menghilangkan egoisme beragama.

Tolerasi luntur kesatuan terancam
             Memahami agama bertoleransi saat ini, sudah tentu sangat di perlukan oleh masyarakat kita, pendekatan yang dilakukan sudah bukan lagi mengenai bagaimana pencegahan secara moral, namun secara kebudayaan literasi yang harus terus dikembangkan, yang nantinya masyarakat kita sendiri akan memahami bagaimana seharusnya bersikap toleransi dalam beragama. Sebagaimana bahwa pada akhirnya sikap toleransi yang perlahan luntur akan memunculkan egoisme dalam beragama, serta pada akhirnya hanya akan ada satu kata “Perpecahan” antara agama satu dengan lainnya. Sikap saling menharga dan bergotong royong antara satu dengan yang lainnya tanpa memandang kepercayaan apa yang di pilih oleh seseorang akan menangkal terancamnya perpecahan dalam kesatuan. Dalam hal ini peran penting bagi semua instansi baik itu pendidikan maupun instantsi pendorong lainnya agar mendukung untuk tidak terjadinya perpecahan dalam negara, dan menjadi tugas pula bagi instansi diatas agar tidak terjerumus dalam kesesatan berpikir mengenai radikalisme.
            Tugas penting yang diemban sebagai seorang mahasiswa sebagai agent of change, atau agen perubahan dalam kehidupan bermasyarakat serta menyalurkan virus potisive dari indahnya perbedaan kepada khalayak luas, maka dengan sendirinya masyarakat yang akan menilai bahwa sikap intoleran yang sering kali muncul akan perlahan terhapuskan dalam benak masyarakat.  Solusi nyata yang diharapkan ialah pencerdasan kembali kepada semua pihak mengenai pentingnya hidup berdampingan tanpa adanya diskriminasi dari salah satu pihak, serta adanya faktor pendorong nyata untuk keberlangsungan pencerdasan pada masyarakat.


Comments